Review Habibie & Ainun dari kacamata engineer

December 31, 2012

Habibie & Ainun
by Bacharuddin Jusuf Habibie
Paperback, 323 pages
Published November 30th 2010 by THC Mandiri
ISBN                              139789791255134
edition language               Indonesian
original title                      Habibie & Ainun


Saya engineer, dan saya semakin bangga dengan Indonesia. Sejak kemunculannya di tahun 2010, saya sama sekali tidak tertarik membelinya. Masalahnya apa? Tebel banget, padat, dan sepertinya bacaan yang berat. Hingga akhirnya, di penghujung 2012 ketika biografi ini akan difilmkan saya melahapnya dalam 1 minggu. Hehe..waktu buku itu sampai di tangan, saya kira akan sebulan menamatkannya.
Intisari dari buku ini dapat saya bagi ke beberapa point:
1. Sejarah teknologi Indonesia
Dimulai dengan perjuangan Pak Habibi di Jerman, amanah presiden soekarno, teori-teori luar biasa dalam hal konstruksi..hingga suatu malam saya mimpi ngerjain soal setelah baca bagian dimana Pak Habibi berjuang untuk S3 nya. 
Bagi saya yang merupakan engineer, dan akhirnya masuk ke dunia manufaktur, buku ini pas banget. Saya jadi tahu sejarah perkembangan teknologi di Indonesia yang ternyata banyak dirintis Pak Habibi.
BPPT, Puspitek, IPTN, PTDI, beberapa hal yang dirintis kala itu. Apa jadinya ya, jika saat Indonesia sedang giat-giatnya membangun di era orde baru tapi teknologinya juga tidak dibangun? Tidak ada BPPT, Puspitek, badan standarisasi, hemm...jaman sekarang kita hanya menikmati rintisan jaman dulu yang terseok seok pada awalnya.
Keinginan Pak Harto kala itu yang merupakan bapak pembangunan adalah juga membangun SDM. Keinginan tersebut pak Habibi terjemahkan ke pembentukan lembaga-lembaga riset, kerjasama internasional dalam hal teknologi, dan lahirnya pesawat Gatotkoco saat HUT RI ke 50. 
2. Pelajaran rumah tangga
Perjuangan cinta sejak di Bandung, Jerman, hingga maut menghadang patut dijadikan guru. Kebersamaan dan saling melengkapi. Istri yang menghilangkan keraguan suami saat suami sedang dilanda masalah. Mereka selalu seatap, suka duka bersama. Tentang komunikasi yang tidak hanya dengan komunikasi verbal namun juga hati.
3. Politik ala engineer
Selama ini saya memandang bahwa dunia politik itu tidak bisa disatukan dengan dunia ke-engineering-an. Politik hanya isinya omong kosong, pemimpin tidak becus. Saya salah, hanya jadi korban pers. Sejak reformasi bergulir 1998 yang pada waktu itu saya masih SD, pemberitaan terus saja menyudutkan pemerintah mau era siapapun. 
Di buku ini saya mengenal Pak Harto dari kacamata Pak Habibi, juga Pak SBY. Sedikit mendapat gambaran mengenai cara berfikir Pak Habibi yang tetap “engineer”. Kadang cara berfikir seperti ini terlihat radikal. Menyimpulkan dari sisi yang berbeda. 
Sedikit pula tergambar kebingungan Pak Habibi saat tiba-tiba di”toyor”masuk dunia politik jadi koordinator Golkar, wapres, dan presiden.
Sebagai sesama engineer, saya bisa merasakan bahwa kekuasaan bukanlah yang dicari. Sayapun setuju, dan sependapat jika melakukan riset lebih menyenangkan daripada jadi presiden. Lebih-lebih saat usia senja, waktunya pensiun.
4. Kebangkitan cendekiawan muslim
Cendekiawan, istilah untuk orang berilmu yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Lewat sekelompok mahasiswa Unibraw Malang yang didukung puluhan cendekiawan akhirnya lahirlah ICMI. Dari ICMI ini, akhirnya lahir Republika, dompet duafa republika, bank muamalat, asuransi Tafakul, dan BMT. Sekolah insan Cendekia juga ternyata lahir dari ICMI.

Memang butuh perjuangan membaca buku ini. Tidak seperti novel, namun kadang mirip jurnal ilmiah, diktat kuliah, dan di sisi lain kadang mirip koran. Konsentrasi tinggi sangat diperlukan, bahkan sering saya terpaksa mengulang membaca paragraf karena belum paham dan tidak fokus 
Recomended



Pekalongan my Home Town

December 22, 2012

Nulis posting ini susah payah cari sinyal. maklum lah..menara BTS terdekat 4km dari rumah saya. Rumah saya ini berada di ketinggian 500 mdpl (kira kira) hehe. uademmm bener.
Pekalongan my home town story:
04.00 (central business district Jababeka)
bangun tidur, menuju kamar mandi. eh..ibu kos manggil manggil taksi sudah dateng. persiapan buru buru.
06.00 (stasiun senen)
nenteng kerdus Indomie yang isinya benar benar sekerdus Indomie. fotonya ada tuh..indomie versus converse
09.00 (kereta api Menoreh senen-semarang)
posisi gag nyaman, pegel, plus gag ada bacaan. sebenernya saya sudah beli koran tapi sudah keburu abis dibaca.hemm.entah kenapa tadi itu gag enjoy banget perjalanannya.tidur pulesss banget tapi mimpi kerjaan. padahal biasanya saya melek abis klo naik kereta.
13.10 (stasiun pekalongan)
mbecak dari stasiun pekalongan ke pertigaan ponolawen. rute jauh, panas terik, jalur pantura nan padet, lewat palang kereta, lewat perempatan besar...hemm ..pengalaman pertama naik becak di jalur pantura.saya kira tarifnya 20.000an..eh ternyata pas saya tanya..cuma 10.000...
14.10 (Desa Donowangun)
touchdown myhometown...yey..uademm..airnya jernih,hening

cinta tapi beda (agama)

December 21, 2012
Beberapa waktu yang lalu, saat nonton film 5 cm  ada iklan film yang akan tayang akhir bulan Desember ini. Judulnya Cinta Tapi Beda. Beda disini, ditekankan pada perbadaan agama. Saya tidak akan bahas film itu, yang katanya diilhami dari cerpen selebtwit dwitasaridwita. Hemm..
Cinta tapi beda agama, rasanya jaman sekarang makin banyak. Banyak yang menjalin hubungan dengan lawan jenis beda keyakinan. Teman saya sendiri bahkan ada yang dilahirkan dari pasangan beda agama. Ibu kos saya merupakan pasangan beda agama, lalu anak-anaknya pun dibebaskan memilih agama yang mereka yakini. Lalu bagaimana dengan saya?
Keyakinan harus sama. Dalam ajaran agama saya, masih dan tak akan berubah hal itu. Pernikahan dengan keyakinan berbeda itu tidak sah. Apa dasarnya sih? Logikanya bagaimana, kan masih sesama manusia? Keyakinan itu hal yang “WAJIB” sama.

Kebanyakan kasus yang saya temui memang begitu akhirnya, pacaran beda agama, sudah susah untuk pisah, akhirnya salah satu “pura-pura” pindah agama, nikah dengan agama tertentu, lalu punya anak. Anak-anak diasuh dengan salah satu agama (biasanya ikut agama si ayah). Yang lebih tragis lagi, jika keyakinan agama kedua pasangan tersebut tidak kuat maka kan jadi sama-sama tidak beragama (tidak menajlankan agama masing-masing). Agama A tidak diajalankan, agama B tidak dilakukan, akhirnya anaknya tidak ada pondasi agama. Makan babi iya, sholat juga iya (sholat dang-ding-dong). Yang saya tulis ini bukan karangan saja, tapi sudah banyak kasus yang saya lihat dari sekitar.

film 5 cm lebih seru dari novelnya

December 16, 2012
Saya sudah baca novelnya (review novel) , dan sama sekali tidak kecewa dengan film ini. Bahkan saya lebih suka filmnya. Alasannya, karena tokoh tokohnya pas banget. Tapi yang paling aku suka sih settingnya, asli semua termasuk seluruh keindahan yang terlukiskan selama perjalanan ke mahameru. Semua asli Indonesia. Saya yakin, bagi siapapun yang nonton film ini jadi punya keinginan atau bahasa kerennya mimpi buat ke mahameru, minimal ya sampai Ranukumbolo.
Tiket saya dan Fatimah
Jarang banget, film Indonesia dengan setting menakjubkan seperti itu. Paling banter ya pakai efek kamera. Saya mengira akan banyak quote serta lagu di film ini seperti di novelnya (5cm versi novel) tapi ternyata tidak. Bagus deh, sesuai harapan saya yang ingin melihat mahameru, ranu kumbolo, dan padang ilalangnya.
Ada bagian yang hilang dari versi aslinya di novel, tapi malah bagus efeknya. Seperti beberapa cerita horror dan mitos menjelang ke Mahameru. Tentang kuburan di ranu pane, arco podo, Denik yang sama sekali tidak muncul (padahal di novel, Denik akan jadi suami Arinda).
salah satu adegan 5 cm
Kesan klise di novel, hilang banget dan jadi bagus versi filmnya J. Bagian tidak penting dihilangkan.
Ada satu adegan yang menurut saya janggal. Waktu Ian negjar kereta (ini juga tidak ada di novel), kan harusnya dia tidak usah lari-larian dramatis begitu. Naik aja kereta gerbong belakang , terus jalan deh ke gerbong depan setelah di atas kereta. Hahahah. Jangan jangan bagian ini dibuat sama orang yang tidak pernah naik kereta J piss..
Overall, tidak menyesal sama sekali nonton film ini. Walaupun harus berdiri 1 jam nunggu bioskop dibuka, lari ke loket yang ternyata salah, antri panjang, dan saya tonton film ini di bioskop yang kurang memadai walaupun branded. Soundnya menyakitkan telinga, dan suara petir serta hujan yang terdengar ke dalam studio J. Tentang salah loket, sebenarnya bukan salah saya tapi salah bioskopnya yang komputernya tidak terintegrasi. Jadi biasanya mau nonton apa saja, di theatre mana saja, kita tinggal dating ke loket manapun. Eh ini sih, loket dipisah per film. Aneh kan J.
kalau ini saya dan teman-teman saat mendaki di taman nasional gunung gede pangrango (2010)
Makin cinta Indomie, gunung, kereta api, dan Indonesia J ©©© Allah tidak hanya ada di Mahameru.

Review Rumah Cokelat, Wanita karier atau fullMom?

December 09, 2012
Author: Sitta Karina
Paperback, 226 pages
Published January 20th 2012 by Buah Hati (first published 2011)
ISBN 6028663743 (ISBN13: 9786028663748)
edition language: Indonesian
Sinopsis:
JADI IBU MUDA BEKERJA DI JAKARTA TIDAK MUDAH! Hannah Andhito adalah tipikal perempuan masa kini di kota besar; bekerja di perusahaan multinasional, mengikuti tren fashion dan gaya hidup terkini sambil berusaha menabung untuk keluarga kecilnya, sangat menyukai melukis dengan cat air (yang ternyata baru ia sadari ini adalah passion-nya!), memiliki suami yang tampan dan family-oriented, sahabat SMA yang masih in touch, serta si kecil Razsya yang usianya jalan 2 tahun.
Sempurna? Awalnya Hannah merasa begitu sampai Razsya bergumam bahwa ia menyayangi pengasuh yang sehari-hari selalu bersamanya. Perjalanan Hannah menemukan makna menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai sejak momen itu.
rumah cokelat cover (by me on instagram)

Review:
saya mendapatkannya di sebuah toko buku kecil di kota ini. karena suntuk banget, akhirnya ngeloyor ke toko buku dan kecewa karena buku yang tersedia terbatas. Dari rumah sudah janji hanya akan membeli buku ringan, dan ini sulit. Buku ynag selalu menarik perhatian saya selalu buku berat (serius).
Singkat cerita, mulailah saya membaca. hemm..ringan ya bahasanya. Tidak perlu mengulang ulang paragraf agar bisa memahami benar. mungkin karena saya yang meskipun masih lajang begitu memahami situasi Hannah, Wigra, dan sempat pula mengalami yang dirasakan Rasya.
Novel ini berhasil mendoktrin saya lebih dalam lagi, tentang pilihan hidup setelah memiliki anak adalah menjadi ibu rumah tangga. kembali ke kodrat. saya engineer, mungkin akan aneh di mata sebagian besar orang kenapa saya memilih itu.
Tak ada yang sia-sia, termasuk gelar saya. Bukankah mengurus anak dengan tangan sendiri, lalu mendidik anak dengan pengetahuan yang kita punya, itu adalah bakti seorang wanita yang sudah berkeluarga?
Jangan sampai anak kita mengenal kita hanya sebatas sebagai seseorang yang membelikan mainan. Dan justru si anak lebih mengenal si nanny (babysitter) sebagai seorang yang memberikan kehangatan serta rasa aman.
Baby sitter hanya sementara bersama dia, jika kita mengandalkan sepenuhnya tanggung jawab mengasuh anak ke orang lain berarti kita belum siap berkeluarga.
Salah satu hal yang harus saya lakukan kelak jika sudah berkeluarga yaitu akan bersama suami rajin berolahraga. hehehe
Kata rumah cokelat yang dijadikan judul buku ini hanya terbaca 1x di bagian akhir :)

Review Kyai Joksin, Kyai Tanpa Pesantren

December 06, 2012

Penulis: Imam Sibawaih El-Hasany
Tebal/ Ukuran : 258 halaman/ 13 x 19 cm
Jenis Cetak : Soft Cover plus Spot UV/BookPaper 57,5 gram

 
Sinopsis

Novel ini bercerita tentang perjalanan sipritual seorang kyai muda dalam melakukan pencarian jatidirinya. 

Banyak hal luar biasa yang dialaminya selama proses pencarian tersebut. Pengalaman yang diperoleh dalam proses pencarian tersebut telah mendorongnya untuk merumuskan metode dakwah baru yang lebih tepat sasaran. Termasuk di dalamnya kritik sang kyai muda, bukan saja terhadap cara-cara berdakwah dan ibadah kelompok umat Islam yang terlalu mengutamakan syariat, tetapi juga kritik terhadap kesalahkaprahan tata cara ibadah para penganut tarikat. 

Dengan cara dan penampilan yang tidak seperti kyai kebanyakan, bahkan cenderung "nyentrik", kyai Joksin pun berdakwah dengan metode yang dianggapnya lebih tepat sasaran. Seperti bisa diduga, tajdid yang digagas dan diterapkan Kyai Joksin banyak menuai kritik dan kecaman, terutama dari kalangan tokoh-tokoh agama yang "terlanjur" memiliki kedudukan penting di masyarakat. Bahkan ada kelompok ormas yang berencana untuk membunuhnya .... 

Review:

Saya mendapatkan novel ini dari penerbit lentera hati sepaket dengan 5 buku lain dan 1 kitab sebagai hadiah atas lomba Resensi buku yang saya menangkan. Saya pernah dengar istilah “kyai tanpa pesantren” bahkan pernah dengar istilah “kyai joksin” tapi lupa dimana, mungkin dalam mimpi.
Awalnya saya kira ini novel akan saya selesaikan dalam beberapa minggu karena terasa berat. Ternyata saya baca, ngalir begitu saja dengan derasnya.
Meskipun tokoh utamanya laki-laki tapi kadang saya merasakan pernah mengalami seperti si tokoh. Banyak kemiripan. Dan ketika saya sampaikan ini ke penulisnya lewat akun twitternya, ya wajar saja karena setiap orang pasti pernah menjalani pengalaman spiritual. "Saya sebut tutur spiritual, karena sesungguhnya itu merupakan hasil belajar dari pengalaman menjalani dan mengalami perjalanan hidup sepanjang waktu yang saya tempuh itu. Dari situ saya mendapatkan hikmah-hikmah kehidupan, yang kemudian ada beberapa yang tersinergikan dalam buku-buku dan kitab-kitab klasik. Lalu saya pikir, daripada saya hanya mensyarah semacam al-hikam saja, gimana kalau kemudian diperluas menjadi tutur, sehingga orang bisa membacanya dengan lebih enak dan lebih paham".
Yang membuat saya semakin suka, karena ada setting novel ini di kota Yogyakarta. 
Intinya sih, kecerdasan spiritual disampaikan di novel ini.  




Review: Gus Mus Membuka Pintu Langit

December 05, 2012

Membuka Pintu Langit

Paperback198 pages
Published 2007 by Kompas. 
ISBN: 139789797093334
edition language
Indonesian
original title
Membuka Pintu Langit

Sinopsis:
Dalam tulisan berjudul "Hanya Bermodal Angin" Gus Mus mengeluh soal NU, "Kenapa NU dari dulu kok hanya berperan seperti satpam saja?" Ketika Gus Dur mendengar keluhan tersebut, lantas menjawab dengan jawaban khas Gus Dur, "Lha, apa kurang mulia menjadi satpam?"
Sebagai Kiai pembelajar, tulisan Gus Mus dalam Buku ini memberikan pembeningan batin. Kalau kita tidak mau dihina, maka janganlah menghina. Bahkan ketika kita disakitipun, dianjurkan agar kita tetap bersabar. Apa arti semua itu? Kita tetap berbuat baik terhadap sesama, saling memaafkan, termasuk menaklikan kebakhilan dalam diri kita. Sehingga semua amal baik yang kita lakukan akan membuka pintu langit sebagai rahmat Allah kepada kita.
Review:
Saya selesai membaca buku ini saat semester 4. Saat galau galaunya mencari jati diri kali ya, sehingga menelan mentah mentah berbagai buku kelas berat. Dating ke took buku lalu membawa pulang 3 buku karangan Gus Mus 
Buku beliau tersebut adalah membuka pintu langit , mencari bening mata air, dan koridor
Cerita dari Gus Mus selalu Indonesia banget, Islam banget, sarat makna. kisahnya tidak muluk muluk hanya keseharian saja, tapi begitu mengena. bahasa beliau pun bukan bahasa pujangga yang perlu mengeryitkan dahi ketika membacanya.
Di buku mencari bening mata air, diselipkan puisi dan kata mutiara yang selalu gus mus berikan kepada keluarganya tiap jumat (jumat call). indah sekali. 
Wejangan dari seorang kiai yang bijak, open-minded, dan selalu mengingatkan untuk saling mencintai sesama, bahwa ibadah itu bukan melulu dengan Tuhan. Beliau bahkan berkata kalau bergaul dengan Tuhan itu lebih gampang ketimbang bergaul dengan sesama manusia. Meskipun tulisan-tulisan di buku ini kebanyakan sudah lama untuk "mengomentari" kejadian-kejadian yang juga sudah lama berlalu, tetapi inti pesan dan nasihatnya masih sangat relevan. Semoga Tuhan selalu merahmati Gus Mus. Amin.


Review: Jilbab Traveler

Paperback: 328 pages
Published: February 2009 by AsmaNadia Publishing House
ISBN : 9789791915
edition language: Indonesian
original title:Jilbab Traveler
urlhttp://www.jilbabtraveler.co.cc/

Sinopsis:
Jilbab Traveler mengungkapkan kisah seru perjalanan 10 jilbaber ke berbagai negara: Paris, Amerika, Iran, Korea, China, Karibia, Rusia, dll. Pengin tahu gimana orang di luar negeri melihat sosok berjilbab? Dari yang dikirain TKW, dicurigain teroris, diteriakin Madame Theresa, sampai-sampai ditanyain,
"Bajunya bagus sekali! Di mana saya bisa dapat?"
keseruan pengalaman menaiki taxi legal di Karibia yang berujung dengan perkelahian antar sopir taxi; atau kesialan mendapat kamar hotel di Belanda yang lebih tepat disebut kandang ayam. Ada juga informasi pasar di Iran yang penjualnya ramah, dan yang penjualnya ketus. Tak luput bumbu misteri yang terkisah dari pengalaman Asma Nadia ketika bertandang ke Tembok China. Selain bisa melihat dan menikmati udara luar negeri, keuntungan traveling adalah didapatkannya teman dan sahabat baru. Dari sekian banyak negara yang diceritakan, setiap kisah diakhiri dengan ‘Secuil Kamus Survive’ yang berisikan kalimat/ kata yang umum digunakan dari negara tersebut. Terselip juga tips mempersiapkan traveling hingga tips ketika berada di lokasi. Hanya saja, foto yang ditampilkan dirasa sangat kurang mengingat banyak sekali tempat-tempat menarik yang disampaikan dalam buku ini.
Review:
saya suka traveling (sendirian) adalah alasan saya beli buku ini. saya rasa akan banyak manfaatnya. memang sih banyak manfaatnya tapi bagi yang travelingnya masih sebatas pulau jawa rasanya hanya akan membuat angan-angan saja. bukannya tak berani bermimpi, tapi akan lebih baik kalau tidak semua kisahnya diambil di luar negeri.
kecewa juga sih, ternyata sampai akhir bagian buku ini tak ada yang berkisah misalnya traveling tips ke Bromo, Karimun Jawa, atau sekedar tips traveling di Ibukota. apa traveling itu maknanya hanya bepergian jarak jauh dan ke perkotaan? enggak kan..justru yang perlu banget itu dijelaskan tips bagi jilbaber yang suka traveling ke gunung, lautan, atau yang suka bepergian pakai angkutan kereta.
Mungkin penulisnya lupa untuk menjelaskan mengenai tips sholat selama perjalanan, wudhu, tayamum, atau bagaimana kalau si jilbaber ini berhalangan. memang sih ini buku fun bukan buku fikih, tapi akan lebih berbobot jika ada content tersebut.
overall bermanfaat dan menyematkan sedikit impian menjelajah dunia. 

Review Catatan Hati Yang Cemburu

December 04, 2012


Paperback: 247 pages
Published:  2012 by Asmanadia Pub. House
ISBN:  6029055089 (ISBN13: 9786029055085)
edition language: Indonesian


Pernahkah kita cemburu? Jawabannya pasti pernah. Cemburu di sini bisa dengan siapa saja. Tidak harus dengan wanita atau pria yang dekat dengan pasangan kita. Siapa saja yang baca review ini, yuk kita pinjamkan buku Catatan Hati Yang Cemburu pada calon suami atau istri kita ^___^
Cinta.aku ingin tua bersamamu menatap anak-anak yang meneruskan jejak kita.tanpa perlu sesaat pun merasa khawatir hatimu pergi meninggalkanku
Di malam takbiran aku mendobrak rumah perempuan lain itu. Salahkah aku yang cemburu, atau salah dia yang berselingkuh? Salahkah jika aku cemburu kepada ibu mertua?Salahkah jika aku cemburu pada ponselnya, laptop, teman chatting, mantan atau istri keduanya?
Cemburu, benarkah tanda cinta? Cemburu, bisakah dihindari?Lalu bagaimana seorang istri bisa mengerti jika cemburu yang dirasakannya hanya sebuah prasangka? Jika justru cemburu menjadi keharusan, atau bahkan wajib sebab cemburu kita, bisa jadi juga merupakan cemburu-Nya?Lima belas orang istri curhat tentang berbagai obyek cemburu dan bagaimana mereka mencoba menghadapinya.
Catatan Hati Yang Cemburu mungkin bisa menjadi buku wajib para istri dan calon istri atau siapa saja yang ingin mampu menata hati agar tidak cepat emosi karena cemburu, kemudian melakukan hal-hal yang justru menjauhkan sakinah dari keluarga.Catatan Hati Yang Cemburu juga merupakan buku wajib buat para suami atau calon suami agar piawai menjaga perasaan istri, karena ternyata banyak hal yang menjadi sumber cemburu yang tidak terpikir oleh sebagian besar pria.
Catatan Hati Yang Cemburu dilengkapi dengan tips mengenali penyebab cemburu dan manajemen cemburu cantik.Agar cemburu menjadi perekat cinta, dan prahara keluarga bisa diatasi.Agar sakinah bersamanya… kembali menjadi warna.

Review Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela (The Little Girl at the Window)

December 03, 2012

Paperback, 1st ed., 197 pages
Published : 1985 by Pantja Simpati (first published 1981)
edition language: Indonesian
original titleTotto-chan: The Little Girl at the Window
charactersTotto, Sosaku Kobayashi
settingnear Jiyugaoka Station, Tokyo (Japan)

Cetakan awal sebelum diterbitkan ulang oleh Penerbit Gramedia

cover 1984
versi bahasa arab


versi sekarang



Sinopsis:
Ibu Guru menganggap Totto chan nakal, padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahu yang besar. Itulah sebabnya ia gemar berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Karena para guru sudah tak tahan lagi, akhirnya Totto chan dikeluarkan dari sekolah.
Mama pun mendaftarkan Totto chan ke Tomoe Gakuen. Totto chan girang sekali, di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yng dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan. Mengasyikkan sekali kan? Di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang memulai hari dengan belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu, pokoknya sesuka mereka.
Karena sekolah itu begitu unik, Totto chan tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa, dan lain-lain di sana. Ia juga mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Review:
Anak-anak memiliki karakter yang natural. Jiwa mereka bebas penuh rasa ingin tahu. Dan dunia pendidikan kita sering menjadi pembatas. Membatasi ruang gerak dan kreativitas mereka. Pendidikan kita sering menanamkan program-program tanpa kompromi yang membuat mereka seperti robot.
Dunia sekolah terkadang menjadi tempat yang menakutkan. Berbagai macam buku dijejalkan ke dalam tas mereka. Dan sekolah berlangsung dari pagi hingga sore hari. Setelah pulang tak ada aktivitas yang bisa mereka lakukan selain duduk melepas lelah bersama televisi. Dan waktu malam yang santai dihabiskan dengan mengerjakan segudang PR yang aduhai banyaknya. Singkat kata, sekolah tidak menjadi komunitas yang menyenangkan. Semua dilakukan dengan tujuan hanya menjadi pintar menurut standar rapot.
Membaca buku ini membuatku iri pada Totto-chan. Memiliki kesempatan belajar & bermain di sebuah sekolah dasar yang benar-benar mendidik, tidak hanya dari segi pengetahuan tapi juga budi pekerti.

source: goodreads.com

Review: Novel negeri 5 menara memperbaiki Image Pesantren

Paperback: 432 pages
Published:  August 2009 by Gramedia (first published July 2009)
ISBN: 139789792248616
edition language: Indonesian
original title: Negeri 5 Menara
urlhttp://negeri5menara.com/
seriesNegeri 5 Menara #1
characters: Alif, Raja, Atang, Said, Dulmajid, Baso, Randai, Sarah, Amak, Kiai Rais, Ustad Salman, Tyson
literary awardsKhatulistiwa Literary Award Nominee for Fiksi (2010), Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia (2010)

Sinopsis:
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Review:
Novel ini sangat inspiratif dengan Man Jadda wa Jadda sebagai tag line nya. Penggambaran yang jelas, setting yang menarik, membuat saya merasa ini tulisan dari penulis tempo doeloe. Kehidupan pesantren dan remajanya sesuai sekali dengan realita. Saya yakin jika saya laki-laki dan masih cukup usia pasti pengen banget ke ponpes Gontor setelah baca novel ini.
Peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh beberapa alumni pesantren banyak membuat orang bertanya-tanya. Jadi sebetulnya apakah yang diajarkan di pesantren? Benarkah sekedar dogma agama yang tak bisa dipertanyakan keabsahannya? Bila tidak ada sesuatu yang salah, mengapa proses pendidikan yang dijalankan pesantren segalanya serba tertutup bagi publik?
Lantas, apa lagi yang menarik dari kehidupan pesantren? Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Mantra yang diucapkan sejak santri pertama kali menginjakkan kakinya di pesantren terus-menerus didengungkan oleh kyai pemilik pesantren, para ustadz, dan senior setiap hari, sepanjang tahun hingga sang santri lulus.
Bukan hanya mantra ini, pendidikan adalah sebuah proses perjuangan yang kalau perlu dilalui dengan melampaui batas kemampuan yang dimiliki oleh seorang santri. Tengoklah masa-masa menjelang ujian. Bila di sekolah umum para guru “menebar teror” ketakutan resiko tidak lulus, sehingga sebagian besar dari mereka menyarankan siswanya untuk mencontek saat ujian, pesantren dalam novel ini menciptakan iklim di mana ujian adalah sebuah perayaan. Semua orang harus terlibat di dalamnya. Para ustadz tanpa segan mendatangi santri sampai ke kamar asrama untuk mengecek kesiapan santri dalam menghadapi ujian. Memberikan materi yang dirasa belum cukup dipahami di dalam kelas, atau hanya sekedar membesarkan hati santri yang kebat-kebit akibat tidak percaya diri menghadapi ujian.

My Online Diary: Bupati Garut Minta DIGARUK!!!

mangga dibaca yang belum tahu atau yang ingin lebih tahu tentang peristiwa yang melecehkan perempuan ini. klik saja link nya daripada saya cerita panjang lebar lagi..

My Online Diary: Bupati Garut Minta DIGARUK!!!: Udeh tau kan dengan peristiwa memalukan yang dilakukan sama Pak Aceng, Bupati Garut itu? Aduuuh, gimane menurut kalian? Miris kagak sih?

Review novel 5cm yang penuh quote lagu

December 02, 2012
original title: 5 cm
Paperback, 381 pages
Published 2005 by Grasindo
ISBN 9797591514 (ISBN13: 9789797591519)
edition languageIndonesian

Sinopsis:
Bestseller book di Gramedia Bookstore selama 2 tahun berturut-turut!
Lima sahabat telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Mereka adalah Arial yang paling tampan, Riani sebagai satu-satunya wanita dalam kelompok itu, Zafran yang berlagak seperti seorang penyair, Ian yang paling subur badannya, dan Genta yang dianggap sebagai leader dalam kelompok itu. Kegemaran mereka adalah mengeksekusi hal-hal yang tidak mungkin dan mencoba segala hal, mulai dari kafe paling terkenal di Jakarta, sampai nonton layar tancap. Semuanya penggemar film, dari film Hollywood sampai film yang nggak kelas—kecuali film India karena mereka punya prinsip bahwa semua persoalan di dunia atau masalah pasti ada jalan keluarnya, tapi bukan dalam bentuk joget.
Suatu saat, karena terdorong oleh rasa bosan di antara satu dan yang lain, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah itulah telah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan yang telah mengubah mereka menjadi manusia sesungguhnya, bukan Cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama.
“Ada yang pernah bilang kalau idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh generasi muda….”

Coment:
Novel ini sebenarnya sudah diterbitkan sejak saya maish SMA. Tapi baru sempet baca sekarang, dan novel itu habis terbaca dalam jangka waktu beberapa jam saja. Sangat inspiratif dan udah dipahami tapi tidak ringan. Baru beberapa halaman baca di awal saja saya sudah bisa menggambarkan penokohannya, trebayang settingnya, dan membaur bersama khayalan si penulis. Akhirnya saya ikuti plot lembar demi lembar, sampai tiba saat petualangan ke Mahameru.
Sebelumnya saya hanya tahu semeru, bromo, tanpa kenal siapa mahameru. Novel ini menggambarkan dengan jelas, bahkan mungkin bisa jadi guidance saya jika kelak ke Mahameru. Meskipun baru menapaki gunung gede pangrango saja saya sudah hampir mimisan, hehe. Seperti quotes terakhir di film itu
“jika kita punya impian, letakkan 5cm di depan kening kita, maka kemanapun kita melangkah impian itu masih trelihat oleh mata kita”
Dan
“mungkin sekarang kebanyakan orang sudah keenakan dengan posisi nyamannya sehingga takut bermimpi”. (tersindir banget nih)
Tapi, jujur banget saya banyak lompatin buku ini karena kebanyakan quotes lagu. Bukunya jadi tebel karena banyak ngutip quote2 org2 terkenal sama syair lagu2 yg kadang2 lebih dari 2 bait… kalo 2x, 3x ayto 4x sih ga napa2, tapi kalo sampe lebih dari 15x kan, what they say?! yup, that’s right… BORING!!!
Eh, diujung2 cerita mereka semua tetap bertemu dan mempunyai anak dengan umur yang sama. Klise? Tentu saja.
Bercerita tentang MIMPI
Bercerita tentang ALAM
Bercerita tentang GUNUNG
Bercerita tentang IDEALISME
Bercerita tentang CINTA

Auto Post Signature

Auto Post  Signature