The Fabulous Udin, Asmara Cinta Monyet

March 31, 2013


Identitas buku
Judul: The Fabulous Udin
Cetakan: pertama, Februari 2013
Penulis: Rons Imawan
Penerbit: Bentang Belia (PT Bentang Pustaka)
Halaman: 384
ISBN: 978-602-9397-82-6
Sinopsis
Udin, seorang bocah social genius yang belum mengenal dirinya sendiri ini mampu menumbuhkan semua perasaan itu. Rasa kagum saat ia berhasil memecahkan masalah semua insani. Rasa takjub saat kecerdasannya berhasil mengendalikan situasi. Rasa sukacita saat ia menaklukkan kebekuan hati. Rasa berbunga saat ia mengalunkan nada puisi. Hingga rasa cinta dan tergila-gila saat ia memenangkan sayembara untuk pertama kali.

Udin bukanlah bocah genius dalam bidang akademis, melainkan sosialis. Pemuda tanggung yang bahkan belum berani bermimpi ini memiliki pemikiran dan pemahaman sosial yang tidak biasa untuk bocah seusianya. Pemikiran dan pemahaman yang tidak biasa, bukan luar biasa.

Bagaimana tingkah anehnya mampu menampilkan banyak pertunjukan hebat? Bagaimana ulah nyelenehnya sanggup menaklukkan hati yang sekarat? Dan bagaimana titik terlemahnya dilumpuhkan oleh seorang gadis mungil yang selalu membuatnya merasa kecil?
Udin. Semua seakan mudah saat ia ada.

Resensi
Buku The Fabulous Udin karya Rons Imawan ini akan membawa pembaca ke dalam kenangan saat merasakan asmara cinta monyet. Tokoh Udin yang digambarkan disini dijamin bisa membuat para wanita jatuh hati. Meski tidak digambarkan secara eksplisit bahwa si Udin sosoknya bak pangeran, tapi sikap sosialnya yang jenius sangat memukau dan kadang begitu romantis.

Setting cerita The Fabulous Udin adalah di sebuah desa di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa barat. Tokoh Utamanya adalah Udin, Inong, Suri, Jeki, dan Ucup. Plot yang digunakan campuran, sebagian besar plot maju. Bahasa penulis sangat mudah dipahami karena menggunakan bahasa Indonesia pergaulan, bukan bahasa sastra penuh metafora.

Dari desain sampulnya yang berwarna merah muda dengan siluet Udin and geng pasti akan membuat pembaca memutuskan bahwa buku ini mirip Laskar Pelangi. Kita memang tidak boleh menilai buku dari covernya, karena penilaian tersebut salah untuk buku ini. Buku ini tidak mirip Laskar Pelangi, tapi lebih mirip Detektif Conan. Udin sebagai Conan Edogawa, Ai Haibara diperankan Suri, Inong sebagai Ayumi Yoshida, lalu Jeki sebagai Mitsuhiko Tsuburaya , dan Ucup yang doyan makan adalah Genta Kojima. Udin memang bukan detektif, tapi keberhasilannya menyelesaikan kasus-kasus berbau psikologi serta beberapa petualangan memang benar-benar mengingatkan pembaca pada Detektif Conan.

Isi cerita terbagi ke dalam 10 bab. Semua bab saling berkaitan satu dengan yang lain tanpa ada perubahan setting waktu. Ini keunggulan dari buku ini yang membat pembaca merasa santai dan menikmati plot cerita. Tiap bab memiliki klimaks dan anti klimaks sendiri, tidak ada bagian bab yang selesai dengan menggantung. Klimaks keseluruhan isi buku ada di bab “Truth or Dare” saat Udin  akhirnya mengungkapkan isi hatinya ke Suri dalam permainan itu. Bahkan pengalaman terindah Suri sebelum dia pergi selamanya yang mengharu biru juga dijelaskan di bab itu.

The Fabulous Udin merupakan bacaan ringan yang menghibur. Bukan novel yang sarat dengan pesan moral dan pelajaran untuk masa depan, melainkan penyegar pikiran pembaca yang mengajak untuk mengenang masa puber. Petualangan-petualangan para tokoh selalu melibatkan bumbu cinta khas “teenagers” yang pasti membuat pembaca “mesam-mesem” sendiri.

Ada beberapa kejanggalan dalam cerita The Fabulous Udin. Untuk ukuran sebuah Desa di Pelabuhan Ratu, bahasa mereka lebih mirip remaja Jakarta. Penggunaan kata “loe”, “gue”, dan sama sekali tidak pernah memperlihatkan dialog berbahasa sunda khas orang Sukabumi. Penulis seakan memaksakan diri dengan setting cerita di desa. Pembicaraan para tokohpun (kecuali Suri) terasa sangat cerdas dan dewasa. Dan yang lebih aneh lagi, diceritakan disitu bahwa Udin mempunyai akun twitter tanpa ada satupun bagian cerita yang menguatkan. Si tokoh utama, Udin merupakan manusia super jenius. Bahkan pembaca mungkin akan berpikiran bahwa Udin sebenarnya bukan anak SMP di sebuah desa melainkan sosok manusia dewasa cerdas yang dikutuk jadi kecil dan dibuang di desa. Pemikiran, gaya bahasa, sikap, sama sekali tidak seperti anak-anak.

Kemampuan penulis menyajikan quotes yang sesuai dengan alur cerita dan dialog sangat menarik. Pesan yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca tersaji dalam kalimat sederhana tapi memiliki makna mendalam. Ini adalah beberapa quotes tersebut:
“kadang, suara lirih dari kepolosan sederhana lebih mampu menguatkan ketimbang suara lantang motivator yg berapi-api”.
“cinta tak pernah menuntut, selalu memberi. Cinta selalu menderita, tanpa pernah meratap dan mendendam”.
“Merasa dianggap "tidak ada" itu kegelapan, kepercayaan adalah cara membuat jiwa jadi merasa "ada"”.
Bagi Udin, urusan cinta seribu kali lebih rumit daripada urusan perut. Menyelamatkan nyawa orang lebih mudah dilakukan ketimbang menyatakan cinta. Dan, mengatasi masalah segenting apapun lebih mudah dikendalikan ketimbang mengendalikan perasaannya sendiri. Tapi pada akhirnya, cinta sejati, sejatinya tidak mengenal dusta. Saat dia tidak memberimu apa-apa, kamu merasa telah menerima segalanya. Saat dia tidak melakukan apa-apa, hatimu menjerit dan menangis histeris untuknya.
Secara keseluruhan, buku ini patut direkomendasikan sebagai teman saat santai. Bacaan menghibur yang akan membawa kita ke indahnya masa puber, merasakan petualangan bersama sahabat, dan merasakan cinta monyet.

4 comments on "The Fabulous Udin, Asmara Cinta Monyet"
  1. Replies
    1. Yups..keren..penggambaran watak dan tokohnya kuat.. ;-)

      Delete
  2. izin copas ya untuk tugas bahasa indonesia:)) makasih sebelumnyaaaaa:))

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar berisi LINK HIDUP akan DIHAPUS.

^^ @Innnayah

Auto Post Signature

Auto Post  Signature