Resensi Kata Hati

April 28, 2013

"Jika cinta dapat menghilang karena hal hal remeh dan tidak terlalu penting, sejak awal itu bukanlah cinta. Mungkin obsesi, keinginan sementara, mungkin juga permainan iseng".
Judul: Kata Hati
Penulis: Bernard Batubara
Penerbit: Bukune
Tahun terbit: 2012
Halaman: 196
Novel bergenre roman yang ringan tapi realistis. Tentang kisah cinta yang berdurasi lama tapi tiba tiba kandas oleh pengkhianatan. Di saat hati hancur, belum bisa move on, munculah sesosok makhluk yang mengingatkan dengan masa lalu. Ada keraguan karena takut akan tersakiti lagi. Memberi jalan seseorang masuk dan tinggal di dalam hati kita juga berarti menyerahkan sepenuhnya kepadanya untuk merawat atau malah mengobrak abrik hati. Hal hal indah mulai tumbuh saat masa lalunya kembali lagi dan berjanji akan menata kembali kepingan kepingan hati yang dulu dipecahkan.
Ini adalah karya Benzbara pertama yang saya baca. Terlamabat juga sih, bahkan setelah filmnya hilang dari peredaran. Cukup keren karena tidak berselang lama dari novel, munculah versi layar lebarnya. Saya bukan followers benzbara di twitter, tapi tertarik dengan buku ini karena covernya. Simpel, tapi saya banget. hehe. Ternyata gaya bahasa benzbara lumayan enak. Meski temanya biasa saja, karakter nya hidup dan terasa fresh. Bagian yang saya suka adalah saat Dera melabrak Fila, wow dialog dialog nya frontal tapi khas wanita sekali. Recomended kalau Anda cari novel ringan percintaan yang mudah dipahami.

Resensi Habiskan Saja Gajimu

April 24, 2013
Menyisakan gaji adalah cara mengatur keuangan yang menyakitkan dan tidak efektif. Menghabiskannya akan lebih efektif dan tentunya menyenangkan.

Judul buku: Habiskan saja gajimu
Penulis: Ahmad Gozali
Penerbit: Transmedia Pustaka
Genre: non fiksi (manajemen keuangan)

“Kalau gaji saya sudah naik,baru deh saya bisa nabung dengan rutin”.
Begitulah sejumlah alasan yang kerap terlontar untuk menyatakan persoalan “kekurangan uang”. Banyak keluarga yang mengeluh dan stress dalam mengatur keuangan mereka karena lebih sering “tekor” di akhir bulan ketimbang bersisa.Itulah kenyataannya! Tujuan kita selama ini adalah untuk mengatur bagaimana caranya supaya uang bersisa di akhir bulan untuk ditabung atau investasikan. Namun kenyataannya bukannya bersisa,kita malah “kehabisan” uang sebelum semua keperluan sempat dibayarkan. Nah,buku ini lahir dari banyaknya pertanyaan tentang bagaimana caranya menyisakan uang di akhir bulan.Bagaimana Caranya agar bisa menabung dan berinvestasi dengan rutin. Daripada “kehabisan” uang setiap bulan, kenapa tidak sekalian saja kita “habiskan”…..? Begitu Konsep mengelola uang dalam buku ini.
Cashflow yang biasa (otak kiri)
Habiskan uangmu di jalan yg benar..:-) Yang berpikiran uang itu harus disisakan kecenderungan pakai  otak kiri. sedangkan yang berpikiran uang itu dihabiskan di jalan yg benar (invest right after you get income) kecenderungan pakai otak kanan. 1. Pay your God first  2.saving before shopping (menghabiskan uang di jalan yg benar). mentalitas miskin..itu merasa kurang terus walaupun dikasih harta sampai diwariskan ke anak cucu. Mentalitas kaya itu bahagia ketika memberi, takut ketika tdk mampu memberi lebih :-).

Cashflow otak kanan
Overall buku ini mudah dipahami, akan tetapi membosankan. Bagaimana tidak, cover saja sangat datar dan tidak menarik. Warna putih, ilustrasi seadanya, dan font yang sangat biasa. Bagian dalam buku juga terasa sangat serius dan tidak santai. Lagi-lagi karena kurang ilustrasi dan font yang kaku.
Buku “Habiskan saja Gajimu” bermanfaat asal Anda tidak bosan mengikutinya lembar demi lembar.  

Resensi My Life As Writer

April 20, 2013

Penulis mencatat apa yang dialaminya sebagai sejarah kehidupan. Dan dengan itu ia tidak hanya mengubah hidup sendiri, tapi juga hidup orang lain. Inilah salah satu seri dari "my life as..". saya mendapatkan buku ini lewat preorder di bukabuku.com .

Penulis : Haqi Achmad & Ribka Anastasia Penerbit : Plot Point Rencana Terbit : April 2013 Jenis Cover : Soft Cover Halaman : 200

Tersaji 5 penulis yaitu Alanda Kariza, Farida Susanty, Clara Ng, Vabyo, dan Dewi Lestari yang berbagi cerita mengenai perjalanan karir mereka.
cara baru untuk menceritakan sebuah profesi. bukan biografi, bukan pula nonfiksi. membaca buku my life as writer seperti membaca majalah, apalagi dengan penyajian grafisnya yang dibuat santai dan warna-warni. Apalagi penyajian Quotes-quotesnya yang full kreatif. Mungkin ini sedang jadi tren di buku genre memoar, menampilkan kreasi grafis untuk mempertebal buku dan membuat pembaca tidak cepat bosan. mempertebal buku? iya..coba aja quotes nya ditulis biasa atau sekadar diberi bold, pasti buku ini jadi tipis banget ;-) .

Dari 5 penulis yang ada di buku my life as writer, hanya Dewi Lestari yang saya ketahui karya-karyanya. jadi, yang paling diresapi ya bagian ini saja. padahal berharap penulisnya itu yang benar-benar WOW,,dari segala genre. Kalau yangs ekarang kan fiksi semua.

overall, buku ini ringan dan cocok bagi yang suka nulis tapi nggak suka baca.

Resensi Edensor

April 16, 2013

Published 2007 by Bentang Pustaka
ISBN: 139789791227025
edition language : Indonesian
original title: Edensor
series: Tetralogi Laskar Pelangi #3
literary awards: Khatulistiwa Literary Award Nominee for Prosa (2007)

Ini adalah kali kedua saya membaca novel ini. Pertama kali di tahun 2008 dan belum sempat meresensi. Meski mebaca ulang, tapi tetap seru lho..

Sinopsis:

Ikal dan Arai bukan lagi para pemimpi. Impian keduanya dulu untuk dapat bersekolah ke Perancis, menjelajah sampai afrika telah tercapai. Berkat kerja keras dan pengorbanan, Ikal dan Arai berhasil mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Universitas Sorbonne Perancis-sebuah impian yang telah sejak lama mereka cita-citakan. Ikal berkutat dengan teori-teori ekonomi, sedangkan Arai sibuk dengan penelitian ilmiah biologinya. Dan ketika liburan musim panas tiba, Ikal dan Arai membuat keputusan gila. Keduanya akan menjelajah Eropa dan Afrika dengan modal sebagai manusia patung!! Mereka menjelajahi dinginnya Belush’ye di bagian utara Rusia, dan menyeberangi panasnya padang pasir sahara di Mali. Mereka mengarungi Islandia di barat sampai ke Laut Kaspia di timur. Tak lupa selama perjalanan itu, Ikal mencari sosok A Ling, cinta pertamanya yang hilang. Cinta pertama yang membuatnya tergila-gila. Cinta pertama yang menghadiahinya novel Seandainya Mereka Bisa Bicara. Cinta pertama yg mengenalkannya pada keindahan Edensor, sebuah tempat yang dipikir Ikal hanya ada di dunia khayal. Penjelajahan usai, namun kuliah terus dilanjutkan. Ikal kemudian pindah kuliah ke Inggris. Sementara Arai pulang ke tanah air karena sakit. Siapa sangka kepindahan Ikal ke Inggris akan mengantarkannya ke tempat terindah yang sangat diidam-idamkannya; Edensor.

Resensi:

Membaca Edensor layaknya mebaca sebuah buku panduan travelling atau catatan perjalanan seseorang. Sangat menarik daripada buku yang memang aslinya buku travelling. Tanpa ada unsur kenarsisan sama sekali, bahkan bertabur metafora yang indah. Metafora yang tersaji sangat scientist tanpa terasa kaku. Meskipun setting ada di luar negeri, tapi penulis tetap menyajikan percakapan dalam bahasa Indonesia sehingga pembaca mudah memahami. Sebuah penyampaian yang tidak membosankan dan membuat penasaran. Karena saya belum pernah ke Perancis dan tidak paham keadaan di sana, saya ikuti saja alurnya meskipun banyak yang bilang ada hal-hal yang tidak logis dan terkesan didramatisir.

Moral value yang bisa ditangkap diantaranya adalah mengenai kegigihan menggapai mimpi. Tuhan memeluk mimpi kita, meski kadang kita sampai garis finish belum mendapatkan mimpi itu justru disitulah jawaban dari Tuhan. Sebuah kenyataan yang kadang pahit atas mimpi yang harus diterima.

Java Heat Movie, Full action

April 14, 2013


jarang-jarang bisa gini :)
Film yang full action dan memacu adrenalin dari awal hingga akhir. Film ini akan ditayangkan 18 April 2013 di seluruh bioskop tanah air, tapi saya tadi mendapat kesempatan menjadi masyarakat umum pertama yang menyaksikan di bioskop. Nonton bareng tadi diadakan di Djakarta Theatre xx1 bersama femina grup yang dihadiri sutradara, produser, dan Atiqah Hasiholan. Wow..

Sinopsis film Java Heat bisa dibaca disini sinopsis java heat . Kurang lebih 1 bulan yang lalu saya sudah menandai kalender untuk ke bioskop nonton film Java Heat. Setelah membaca sinopsisnya saya sangat penasaran. Selain karena dikerjakan oleh sutradara dan produser asing, saya ingin melihat bagaimana sebuah film bisa syuting di candi Borobudur. Saya suka Jogja, dan ini alasan pertama saya memasukan film ini ke “to watching list”.

Film Java Heat mengajak penonton untuk berpikir, artinya jalan cerita sangat sulit ditebak. Bahkan penonton masih bimbang tentang yang mana jagoan dan yang mana penjahatnya. Sett yang dibuat benar-benar “niat” dan keren. Soundnya yang mengagetkan, dan cara pengambilan gambar yang dramatis.

Djakarta Theatre with Femina Group
Genre film ini memang action untuk dewasa, jadi ada sedikit adegan yang menampakkan wanita berbusana minim. Wajar sih, karena alur ceritanya memang harus ada sett itu. Adegan kejar-kejaran, tembak-tembakan, ledakan, darah, penusukan, membuat saya tak sempat merubah posisi duduk karena tegang.
Ada satu bagian yang ditunggu-tunggu tapi tetap jadi misteri sampai film the end. Siapakah wanita yang menyamar jadi atiqah hasiholan? Dan bagaimana itu bisa terjadi?

Terlepas dari sisi action, ada sisi budaya yang kuat dan juga sisi relijius islam. Tentang orang jawa muslim bertindak tanduk di keluarganya, teroris yang dimanfaatkan oleh kapitalis, politik kekuasaan dalam keluarga sultan, dan secara tersembunyi diperlihatkan bagaimana konflik dalam tubuh polisi.

Quotes film ini yang menarik adalah “jangan banyak berbicara saja, tapi banyaklah mendengar”. Film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton. Bosen kan disuguhi film Indonesia yang cinta-cintaan saja? Yang ini BEDA,,serruu. Terima kasih Reader’s Digest atas kesempatannya untuk saya.
habis nonton.. :)

Edensor The Movie (tetralogi laskar pelangi)

April 12, 2013

Tetralogi laskar pelangi Andrea Hirata yang ketiga adalah Edensor. Versi layar lebar dari Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi sudah lebih dulu ditayangkan dan menarik jutaan penonton bioskop. Ketika membaca novel Edensor di tahun 2008, imajinasi saya indah sekali. Berbeda dengan Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi yang setting nya adalah di Bangka, Edensor sebagian besar berlokasi di Eropa. Bagaimana ya filmnya..penasaran. Di akhir film Sang pemimpi diperlihatkan bahwa tokoh Arai ternyata diperankan oleh Ariel eks Peterpan. Saat itu memang citra Ariel belum seperti sekarang. Saya bertanya-tanya, apakah masih Ariel? Sepertinya tidak. Lalu siapa ya?..

Yang pasti, saya perlu membaca ulang novel ini karena terakhir membaca di tahun 2008...hehe..sudah lupa.

Auto Post Signature

Auto Post  Signature