Review Film The Raid 2, Berandal

March 30, 2014
The Raid 2, Berandal 150 menit full action dan saya kekurangan oksigen. Capek banget nontonnya dan berharap segera selesai. Dan pas selesai…jeng jeng..gini aja? Hahaha.

Judul: The Raid 2, Berandal
Jenis Film : Action, Drama
Produser : Nate Bolotin, Ario Sagantoro, Aram Tertzakian
Produksi : PT. Merantau Films, XYZ Films
Sutradara : Gareth Evans
Synopsis:
RAMA (Iko Uwais) adalah seorang polisi baru yang meninggalkan ISA, istrinya yang tengah hamil tua untuk melakukan tugas berbahaya. Setelah berhasil mempertahankan dirinya dari 30 lantai apartemen milik raja gembong narkotik TAMA, RAMA direkrut oleh BUNAWAR, kepala polisi yang dikenal jujur dan mempunyai reputasi yang bersih, sebagai polisi yang menyamar.
Di dalam penjara tersebut RAMA bertemu dengan UCO, anak laki‐laki BANGUN, seorang bos gangster yang sangat terpandang. UCO memiliki mimpi dan ambisi yang terlalu besar untuk dirinya. Awalnya UCO berniat untuk memusnahkan RAMA, namun keadaan berubah ketika RAMA menyelamatkan nyawanya dari serangan orang‐orang terpercayanya.
 Dua  tahun kemudian, usai sudah hukuman penjara RAMA. Di bawah BANGUN, UCO, dan EKA, ANAK buah BANGUN yang setia, RAMA ditarik dan bekerja di dalam dunia mereka dan dihadiahi kehidupan mewah. Sebuah kehidupan yang berbeda ketika ISA masih bersamanya dan masih RAMA impikan.
Ambisi UCO untuk menjadi lebih dari yang BANGUN inginkan untuknya terus membara. BEJO, seorang gangster yang sedang melebarkan sayap dan kekuasannya, mencium kobaran ambisi UCO. Ia berhasi membujuk dan memperalat UCO untuk mewujudkan ambisinya sendiri.
 Dengan UCO dapat dikontrol seperti boneka oleh BEJO, kekacauan tidak dapat dielakkan lagi. pembunuhan, pengkhianatan dan korupsi terjadi. UCO kehilangan arah dan termakan oleh keserakahannya, dan meninggalkan RAMA dengan pilihan yang sulit.

Review:
Saya suka pengambilan gambar mode “macro lens” film ini. Mengambil objek kecil, difokuskan…indah sekali. Yang menarik lagi adalah slow motion nya, adegan jadi terasa detail dan tambah menyeramkan mungkin kalau ada versi 3D nya. Pastilah membuat film ini lebih susah daripada film drama sehari-hari atau film horor kacangan. Tapi, bagi saya pribadi film ini tidak bagus. Definisi film bagus (lagi-lagi menurut saya pribadi) adalah film yang meninggalkan kesan mendalam selama dan setelah nonton. Entah kesan bahagia, terharu, semangat, emosi, marah, atau takut. The Raid 2 ini seakan cuma mau memperlihatkan manusia sakti mandraguna (Iko Uwais) yang susah mati dan jago banget berantem. Bag-bug, dar-dor, bam-bum,prang…ciat..”sudah cukup” (kalimat terakhir Iko Uwais) …then..THE END. Saya pikir awalnya saya akan tersulut emosi saat nonton film ini, eh..kok datar-datar saja ya sampai beres. Pesan film ini apa? Ada adegan yang aneh banget, saat seorang pembunuh bayaran gondrong (saya lupa namanya) meninggal tiba-tiba ada hujan salju. Ini kan Indonesia, itu malah ada gerobak “lomie ayam”. Back sound adegan itu adalah music orchestra menambah kesan bahwa ini seperti di Eropa. Tapi maksudnya apa?
30% film ini terlewatkan dari pandangan mata saya karena saya sengaja tutup mata. Bukannya takut, tapi terlampau banyak adegan tak manusiawi. Saya merasa tidak pantas nonton film sekeras ini. Jadi, tolong jangan ajak anak atau adik nonton ya..ini 25+ deh bukan 17+hiiiiihiii. Kalau yang pernah nonton film G30SPKI, The Raid 2 lebih sadis. Mungkin ini yang membuat film ini dicekal di Malaysia.
Antrian di loket tiket ramai sekali, terlihat penonton masih sangat penasaran dengan film ini. Sekedar tips bagi yang belum punya KTP dan sangat ingin nonton…mintalah orang dewasa buat beli tiket. Tadi ada 2 anak ABG yang antri di depanku ditolak sama mbak penjaga loketnya lho.
Oiya..sebelum film mulai, ada tayangan beberapa aktor dan aktris Indonesia yang nanya "kapan terakhir kamu ke bioskop?" iyak..mereka mengingatkan kalau hari ini 30 Maret adalah hari film nasional. Tapi nggak enaknya..habis itu ada iklan seorang capres, hahaha. 



Saya berikan 2 bintang dari 5 deh untuk The Raid 2 Berandal. 

source:
http://www.21cineplex.com/the-raid-2-berandal-movie,3456,04R2BL.htm (synopsis & image 1)

Review Buku: Psikologi Kematian

March 23, 2014
"Setiap orang berusaha menghindari semua jalan yang mendekatkan ke pintu kematian. Jiwa kita selalu mendambakan dan membayangkan keabadian".
Judul: Psikologi Kematian
Penulis: Komaruddin Hidayat
Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika)
Tahun Terbit: 2012 (cetakan ke 3)
Halaman: 218 + 52
Buku ini benar-benar mengajak pembacanya untuk merenung "buat apa sih saya hidup?". Namanya juga dunia, sering sekali melalaikan. Menyetel dan meluruskan niat untuk melanjutkan hidup menjadi lebih bermakna. Penulis menyajikan pembahasan dalam 4 bab dan disisipi kisah-kisah kematian. Bahasa yang digunakan memang bahasa 'serius' jadi harus konsentrasi saat membaca. Grafisnya elegan, tidak menyeramkan dan tak terlalu ramai. Sayangnya, penulis beberapa kali menyebutkan hal-hal yang sama di bab yang berbeda. Seakan-akan, judul-judul terpisah dan tak terintegrasi dalam bab yang sama. Karena ini pula, ada beberapa judul yang saya skip. 
Bagian yang paling saya suka justru di bagian akhir, postscript. Yang saya lakukan setelah selesai membaca buku ini adalah membuat notes yang saya bagikan di Path, Twitter, dan Facebook. Sebuah upaya mohon dibukakan pintu maaf kepada seluruh kawan-kawan saya. Sebab, seperti yang penulis sampaikan di halaman 181 "ibadah solat, umroh, maupun haji, tidak bisa menghapus dosa-dosa sosial, sekalipun ibadah itu akan memberikan cahaya ketika melalui lorong kegelapan. Namun, jika dosa-dosa sosialnya besar, cahaya yang muncul dari ibadah itu akan terhalangi".
Setelah menulis notes di social media, saya sholat dzuhur dan tilawah. Karena mata lelah, sayapun tidur. Dan yang saya alami adalah, ereup-erep 'ketindih' rasanya mengerikan. Saat kita bisa melihat raga kita tak berdaya meski kita berusaha bangun dari tidur. Kuucapkan lailaha illa Allah beberapa kali dan alhamdulillah saya bisa bangun. Mungkin ini berbeda dengan yang diceritakan penulis tentang OBE (out of body experience) yaitu ruh keluar dari badan kemudian masuk lagi ke tubuh semula. 

Secara umum, buku ini bagus. Saya rekomendasikan buat yang ingin merenungi makna hidup. 3 Bintang untuk Psikologi Kematian, mengubah ketakutan menjadi optimisme.

"Tidak ada seorangpun yang mampu mengetahui di bumi mana dia akan mati (QS Luqman [31]: 34)". 



Tradisi Ulang Tahun

March 17, 2014
Sejak bayi hingga sekarang, orang tuaku nggak pernah mentradisikan merayakan ulang tahun. Sengaja menghafalkan tanggal lahir anggota keluarga juga enggak. Prinsip kami, setiap hari adalah kelahiran dan kematian "everyday is my birthday". Memang ulang tahun itu nggak dilarang, apalagi kalau merayakannya dengan cara yang baik misal makan-makan sederhana, silaturahim, dsb. 
Setiap hari adalah kelahiran dan kematian. 
Coba renungkan, doa sebelum tidur "bismika allahuma ahya wa bismika amuut". "Ya Allah dengan namaMu aku menjalani hidup dan dengan namaMu malam ini aku mau mati". Dalam Psikologi Al-Qur'an tidur diserupakan mati karena sewaktu tidur kita tidak berkuasa lagi untuk mengendalikan tubuh. Seakan jasad dan ruh telah berpisah untuk sementara. 
Begitu bangun tidur, kita berdoa alhamdu lillahilladzi ahyana ba'da ma amatana wa ilaihinnusyur. "Segala puji bagiMu ya Allah yang telah menghidupkan kembali diriku setelah kematianku, dan hanya kepadaMu nantinya kami semua akan berpulang". 
Tawaf kehidupan dimulai, kemanapun kaki melangkah yang menjadi pusat gravitasi adalah Allah.

Semoga kita selalu sadar akan hal ini, setiap hari adalah pertobatan dan tasyakuran pada Allah. 

Sumber: Psikologi Kematian

Auto Post Signature

Auto Post  Signature