[Review Buku] Bumi Manusia, Tetralogi Buru #1

March 16, 2015
Novel yang wajib dibaca orang Indonesia saya rasa. Sebagai jendela ke masa saat negara ini sedang dalam tawanan bangsa lain. Katanya sih, kita akan terlihat pintar kalau pegang buku ini...hahahhaha. Bumi Manusia ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa serta memenangkan beberapa penghargaan di dalam maupun luar negeri. Sempat menjadi buku terlarang di masa orde baru, dan tahun ini 2015...sangat susah mendapatkannya kecuali buku bekas. 
    
Identitas buku
Judul: Bumi Manusia
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera
Tahun terbit: 2005, original; 1975
Jumlah halaman: 535

Sinopsis
Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.

Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.

Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.

"Kita kalah, Ma," bisikku.

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."

Review
Saya yang tumbuh di tahun 90an dan membaca buku ini di tahun 2015, sangat tercengang dengan kondisi Indonesia saat itu. Tentang wanita yang bisa seenaknya diambil sebagai gundik (istri tanpa ikatan apapun), tentang pendidikan formal yang hanya bisa dinikmati orang Eropa, Indo, atau pribumi kaya raya.l, dan yang lebih mengenaskan adalah...tentang jaminan hukum yang sama sekali tidak ada. Bagaimana seorang pribumi warga Indonesia pernikahannya dianggap tidak sah? Ya..karena belum ada pencatatan sipil seperti sekarang. Bagaimana seorang pribumi warga Indonesia yang dianggap melanggar hukum Belanda? Karena di Indonesia tidak ada hukum yang ditetapkan. 

Jendela ke masa lalu. Kita harus tahu kondisi negara kita saat itu. Buku di sekolah tak cukup, ya..benar..tak cukup.

Bahasa yang digunakan masih bahasa waktu itu. Tidak susah memahami alur ceritanya, hanya pembaca harus konsentrasi. 
Ini tetralogi, jadi ada 4 buku ya. Bumi Manusia adalah seri pertamanya. Tetralogi Buru. Kenapa disebut begitu? Pram menuliskan ini dalam masa pengasingan di pulau Buru.

Rate
3 dari 5 bintang

Quote
Dunia modern tak mampu mendirikan sekolah untuk jadi ahli dalam memenangkan cinta (page 478)



5 Syarat Satria Jawa

March 15, 2015
"Nah sekarang duduk kau di lantai. Tundukkan kepalamu..." Pada kesempatan seperti ini tahulah aku apa yang akan menyusul: wejangan sebelum pesta perkawinan. 
...."kau keturunan darah para satria Jawa...pendiri dan pemunah kerajaan-kerajaan...kau sendiri berdarah satria. Kau satria..apa syarat-syarat satria Jawa?.....lima syarat yang ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga. Bisa mengingat?"

..."pertama wisma, rumah. Tanpa rumah orang tak mungkin satria. Orang hanya gelandangan. Rumah, tempat seorang satria bertolak, tempat dia kembali. Rumah bukan sekedar alamat, dia tempat kepercayaan sesama. Pada yang meninggali."

"Kedua wanita, tanpa wanita satria menyalahi kodrat sebagai lelaki. Wanita adalah lambang kehidupan dan penghidupan, kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan. Dia bukan sekedar istri untuk suami. Wanita sumbu pada semua, penghidupan dan kehidupan berputar dan berasal. Seperti itu juga kau harus pandang ibumu yang sudah tua ini, dan berdasarkan itu pula anak-anakmu yang perempuan nanti kau harus persiapkan."

"Ketiga, Turangga. Kuda. Dia alat yang membawa kau ke mana-mana: ilmu, pengetahuan, kemampuan, ketrampilan kebiasaan, keahlian, dan akhirnya kemajuan. Tanpa turangga takkan jauh langkahmu, pendek penglihatanmu."

"Keempat kukila, burung. Lambang keindahan, kelangenan (hobi). Segala yang tak punya hubungan dengan penghidupan, hanya dengan kepuasan batin pribadi. Tanpa itu orang hanya sebongkah batu tanpa semangat."

"Dan kelima curiga, keris, lambang kewaspadaan, kesiagaan, keperwiraan, alat untuk mempertahankan yang empat sebelumnya."


      5 syarat satria jawa, satria jawa, nasehat pernikahan, bumi manusia, tetralogi buru


-Bumi Manusia


Menjadi Dewasa

Manusia membutuhkan belasan, malah puluhan tahun, untuk jadi dewasa, manusia dalam puncak nilai dan kemampuannya. Ada yang tidak pernah jadi dewasa memang, hidup hanya dari pemberian seseorang atau masyarakatnya: orang-orang gila dan kriminil. Mantap-tidaknya kedewasaan dan nilai tergantung pada besar-kecilnya dan banyak-sedikitnya ujian, cobaan--si kriminil dan si gila itu--tidak pernah dewasa. Dan sapi hanya tiga atau empat belas bulan persiapan--tanpa cobaan, tanpa ujian...

Ya Allah, sesungguhnya sudah terlalu besar cobaan dan ujian yang Kau berikan padaku, pada umurku yang semuda ini. Keadaan telah membikin aku terlalu cepat disarati soal-soal yang semestinya belum jadi perkaraku. Beri aku kekuatan pada setiap percobaan dan ujian yang Kau sendiri hadapkan padaku sebagaimana Kau lakukan terhadap orang-orang sebelum aku...Aku bukan gila. Juga bukan kriminil. Dan tak bakal !

Taken from Bumi Manusia, page 392 by Pramoedya Ananta Toer.


[Review Buku] Putri Hujan dan Ksatria Malam by @Sittakarina

March 08, 2015
Saya bukan termasuk orang yang suka membaca kisah dengan ending ala dongeng atau cerita Disney, saat para tokoh hidup bahagia di kastil bersama yang dicintainya.
Pernah nggak sih merasakan ada seseorang yang ketemu lagi ketemu lagi. Sudah menclok kemana...eh ketemu dia lagi dia lagi. Tapi,,,kalau di novel yang ala disney ini....terasa terlalu banyak kebetulan, kurang smooth.
    putri hujan dan ksatria malam
Identitas Buku
Judul: Putri Hujan dan Ksatria Malam
Penulis: Sitta Karina
Penerbit: Terrant Books
Tahun terbit: 2006
Jumlah halaman: 362

[Review Buku] Lukisan Hujan by @sittakarina

March 05, 2015
Masih nggak rela kalau Diaz itu...fiktif belaka. Dan masih nggak nyangka bakal terhanyut membaca novel percintaan remaja setelah 500an halaman ini.
lukisan hujan
Judul: Lukisan Hujan
Penulis: Sitta Karina
Penerbit: Literati
Tahun terbit: 2015 

Auto Post Signature

Auto Post  Signature