Situs Watu Bahan Pekalongan, Bukti Adanya Peradaban Cerdas di Masa Lampau

April 01, 2017
Watu Bahan Doro Pekalongan tidak masuk dalam daftar tempat yang ingin saya kunjungi saat longweekend kemarin. Rencananya hanya menghadiri kelas Akademi Berbagi dan World Wide Instameet di kota Pekalongan. Senin pagi, langit terlalu cerah untuk diam di rumah. Sayapun melontarkan ajakan ke grup whatsap Blogger Pekalongan untuk mengeksplor situs watu bahan. Ini adalah tempat wisata yang belum lama dibuka oleh Pemda dan masih dalam tahap penilitian tim arkeolog. Meski keberadaan watu bahan sudah diketahui sejak lama, baru di akhir 2016 lokasinya dibuka sebagai wisata petualangan.
situs watu bahan doro pekalongan


Stonehenge Jawa Tengah

Kamu tahu stonehenge yang di Inggris? kurang lebih bayangan saya pertama kali ketika googling seputar watu bahan adalah seperti itu. Batu berukuran besar dan seperti sudah dipahat rapi bertebaran membentuk struktur tertentu. Ternyata pas lihat langsung nggak seperti stonehenge sih, lebih mirip situs gunung Padang di Cianjur. Batu-batunya tidak berdiri membentuk lingkaran, tetapi ada yang berada di lantai hutan begitu saja. Tumpukan batu menggunduk membentuk bukit dengan tatanan yang seakan-akan sudah diatur.


Pemahat Masa Lampau

Watu bahan doro
Pertanyaan saya pertama kali saat melihat langsung batu sebesar dan sebanyak itu terpahat rapi adalah:
“siapa yang mahat? Pakai apa? untuk apa?”
Semua batu-batu di sini seakan sudah terpahat dengan pola tertentu. Ada keseragaman dalam bentuk dan ukuran. Nggak main-main, panjang satu batu bisa puluhan meter. Nggak mungkin banget deh ini hasil proses alam. Sebagai orang teknik, saya sih mikir kalau teknologi jaman dulu sudah maju banget berarti. Masa iya yang ngelakuin bangsanya manusia purba?

Pondasi Bangunan Megah Yang Belum Selesai

Setelah melewati tumpukan batu yang menakjubkan, mata saya semakin dibuat terbelalak dengan yang terhampar di depan. Rasanya seperti masuk ke alam mimpi atau ke film science fiction. Batu pahatan seperti yang ada di tumpukan tadi, berada dalam posisi berdiri membentuk dinding yang kokoh. Hampir tak ada celah di dinding itu, ini membuktikan pahatan batu benar-benar simetris dan terukur. Apakah ini sebuah pondasi untuk bangunan yang megah? Kalau bukan orang-orang yang cerdas, pasti sulit deh menata batu sebesar itu di tebing. Iyak, di tebing lho ini bukan di tanah lapang seperti stonehenge.
Curug menhir watu bahan


Keberadaan Curug Menhir

Air tanah merembes melewati dinding batu tersebut dan membentuk air terjun kecil. Curug menhir adalah sebutan warga setempat untuk air terjun itu. Menhir dalam pelajaran sejarah adalah sebutan untuk tugu batu tunggal yang berfungsi sebagai sesembahan. Saya rasa ini bukan menhir deh, wong banyak batu didempet-dempetin gitu kok.

Biar makin jelas ngamatinnya, saya berdiri di atas gardu pandang atau yang anak kekinian bilang pohon selfie. Dari gardu pandang ini saya bisa melihat dasar sekaligus bagian atas dari tumpukan watu bahan yang membentuk curug menhir.
Gardu pandang curug menhir watu bahan

Mungkinkah Ini Makam Raja Seperti Piramida Mesir?

Imajinasi makin liar saja nih saat melihat curug menhir dan sebaran batu yang mencapai puncak bukit. Selain stongehenge di Inggris, saya juga jadi terpikir piramida di mesir. Apakah batu yang berjajar itu adalah struktur sebuah makam raja? Jadi, di bawah bukit itu ada ruangan yang berisi makam dan harta karun. Hadeuh, ini jadi kebayang film the Mummy sama national treasure.


Portal Ke alam Lain?

Ini murni imajinasi saya sih, apa iya kalau watu bahan adalah salah satu portal ke alam lain yang berada di bumi? Ahahha pembaca Supernova pasti ngerti dengan yang saya maksud. Ada satu bagian yang tak dapat dilihat secara kasat mata, ahahha.

Penemuan Candi Di sekitar Watu Bahan

Kemarin itu saya fokus ke watu bahan saja, padahal menurut informasi  di desa yang sama dengan tempat ini ada struktur candi yang ditemukan. Oiya, watu bahan juga ada lho di kecamatan sebelah Doro yaitu kecamatan Lebakbarang. Jadi, bisa saja semua ini berhubungan ya kan?

Wilayah kabupaten Pekalongan memang punya banyak situs candi hindu yang tersebar di beberapa kecamatan khususnya daerah selatan. Pekalongan bagian selatan merupakan lereng gunung Rojogembangan bagian dari dataran tinggi dieng. Pusat keramaian jaman dulu ya di wilayah ini, bukan di pantura seperti sekarang.


Legenda Warga Lokal

Warga setempat sudah sejak lama mengetahui tempat ini kok. Tapi ya sekedar menganggap ini peninggalan masa lalu. Legenda yang diceritakan turun temurunnya sih, watu bahan adalah material pembangunan dari jaman antah berantah.

Watu dalam bahasa jawa berarti batu, dan bahan adalah material atau bahan baku. Jadi, watu bahan merupakan onggokan bahan baku pembangunan konstruksi sebuah proyek besar masa itu. Keramat, angker, adalah cara orang-orang tua kita melindungi hal yang tidak diketahui. Itu pula yang ada disana sebelum situs wisata watu bahan dibuka untuk umum.
Loket wisata watu bahan pekalongan


Belum ada Informasi

Imajinasi memang berperan dominan saat saya menjelajah watu bahan adventure. Tidak ada informasi atau pemandu sama sekali. Mungkin karena masih sangat baru ya, padahal situs seperti ini seharusnya memiliki rujukan yang jelas.


Ini tempat wisata sejarah

Kalau kamu suka piknik ke tempat wisata yang kaya interaksi, mungkin bakal bosan ke watu bahan. Kamu nggak bisa mandi-mandi, palingan juga merasakan kesejukan air terjunnya. Watu bahan merupakan tempat wisata sejarah, isinya ya belajar dan berimajinasi membayangkan orang cerdas jaman dulu bikin ini semua. Kalau mau main air bisa ke Petungkriyono, yang masih di wilayah kabupaten Pekalongan juga.


Cara Menuju Watu Bahan Pekalongan

Situs watu bahan terletak di desa Lemahabang, kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa tengah. Dari arah kota Pekalongan, mengarahlah ke selatan lewat kedungwuni atau kajen. Tujuan kamu adalah kecamatan Doro, paling gampang sih patokannya pasar tradisonal Doro. Kalau sudah sampai pasar, mengarahlah ke barat (pake kompas atau nanya orang wkkwk). Kalau kamu ketemu jembatan panjang dekat pasar, itu berarti sudah benar ya. 100m setelah jembatan, belok kiri lewat depan sekolah dasar. Sudah tuh, bablas saja terus ke selatan sekitar 5km.
Gerbang wisata watu bahan pekalongan

Sesampainya di desa Lemahabang, kita masih harus terus ke selatan sampai ketemu hutan. Nanti di sana ada papan petunjuk lokasi wisata watu bahan. Yuk,,,siapkan tenaga dan kendaraan buat nanjak 2km lewat jalan berbatu.
Standing solo watu bahan pekalongan

Saya sih ngga berani bawa motor sendiri, mendingan jalan kaki deh. Asik banget pemandangannya...kiri kanan hutan dengan deretan pohon pinus serta kopi. Suara binatang khas hutan, gemercik air, bahkan kalau beruntung bisa melihat langsung monyet liar.

Nggak ada kendaraan umum sampai lokasi, paling mentok di pasar doro saja. Kalau nggak bawa kendaraan pribadi, mendingan ojek ke warga setempat. Ini petanya biar jelas ya.


Fasilitas di situs watu bahan

Meski baru banget dibuka untuk umum, sudah ada loket dan parkiran yang memadai. Bahkan parkirannya menakjubkan banget karena luas, lapang, uadeemmm. Selain ada penjual makanan, musola dan toilet juga tersedia di sini. Rumah pohon, kincir air, sungai dengan jembatan bambu, serta musik dangdut siap menyambutmu.Pesona indonesia pekalongan


Tips Wisata Watu Bahan

Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan jika kamu pengen ke situs watu bahan juga.
  • Sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau carteran, sebab tidak ada kendaraan umum ke sana.
  • Motor dan kendaraan bak terbuka lebih baik dibanding dengan minibus. Oiya, motor matic kuat kok sampai lokasi.
  • Pakailah kaos dan sepatu yang nyaman, soalnya naik ke bukitnya itu hiking banget. Nanjak terus, lewat tangga batu.
  • Jas hujan dan payung kudu dibawa ya. Lokasi watu bahan masuk wilayah pegunungan, jadi habis dzuhur sudah mendung.

Nggak semua orang berminat dengan jenis wisata sejarah. Itulah tantangan untuk situs watu bahan ini. Lokasinya yang cocok untuk berpetualang bisa dikembangkan bersama. Yang pasti, watu bahan membuktikan kepada saya bahwa peradaban masa lampau itu sudah canggih. Entah pakai sains atau kekuatan supranatural seperti yang diceritakan turun temurun.

19 comments on "Situs Watu Bahan Pekalongan, Bukti Adanya Peradaban Cerdas di Masa Lampau"
  1. seru banget ya mba.. bisa jelajah hutan, perlu persiapan terutama kesehatan kalo ke sana ya, itu sama seperti situs di bengkulu yang berupa gundukan batu namun batunya seperti sudah terjamah karena ada beberapa bagian yang tidak mungkin terbentuk secara alami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah di Bengkulu juga ada tho, menarik ya

      Delete
  2. Iihhh aku malah suka bgt wisata sejarah gini.. ^o^

    Museum, situs2 purbakala, ama tempat2 yg msh blm kejawab apa, kenapa dan gimana kyk watu bahan ini selalu menarik didatangin.. Kdg kalo dtg k tmpat gini aku tuh ngayal mba, cobaa kalo bisa balik k jaman dulu yaa. Pgn tau seperti apa kehidupan dulu itu, orang2nya, teknologinya sampe bisa tercipta batu2 begitu

    ReplyDelete
  3. bikin penasaran ya... senang bermain ke tempat sejarah macam ini...membuat imajinasi mengembara ...tsaah

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi iya, asal ngga sendirian aja. serem

      Delete
  4. Jaman aku tinggal di Pekalongan dulu kayaknya Pekalongan itu nggak ada apa2nya. Ternyata yg dibutuhkan cuma eksplor. Makasih ya kamu & teman2 Pkl sudah eksplor & yg lebih penting lagi menuliskannya sehingga orang2 tau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jaman dulu wisata palingan pantai ngeboom sama slamaran. kabupaten ya Linggo

      Delete
  5. Sama banget dgn batu di gunung padang cianjur ya. Cuma beda ukuran kayaknya. Coba ajak ahli geologi buat bahas batu-batu itu, nay. Seru kayaknya mengupas keberadaan batu2 itu dgn ilmu pengetahuan & disambungin sama mitos atau legendanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. katanay sih masih ada penelitian teh dari arkeolog

      Delete
  6. Waaah, boleh juga neh kalau suatu saat ke Pekalongan. Hehe, kalau begini saya jadi ingat sego megono :)

    ReplyDelete
  7. wisata sejarah memang ga ada habisnya ya mba. selalu ada cerita baru yang tak terekspos. Mba nay keren bisa menggali legenda dari masyarakatnya juga. Amiwei itu lihat pondasinya aja udah megah, sayang ya ga jadi selesai.

    ReplyDelete
  8. aku inget totebag itu.. menginspirasi aku buat selalu bawa haha..

    ReplyDelete
  9. baru tau situs ini mbak Inayah, terima kasih ya..
    ceritanya bikin penasaran ...
    jadi membayangkan struktur apa ya pahatan sebesar itu

    ReplyDelete
  10. Sekedar meluruskan,
    Batuan tersebut bukan diukir oleh manusia mbak, tapi batuan tersebut terbentuk proses volkanik...

    Menurut arkeolog:
    Batuan tersebut terbentuk karena proses geologi. Batuan beku ini keluar dari perut bumi. Menjelang sampai permukaan, batu akan mengering dan kemudian memecah. Pecahan batu ini membentuk balok-balok batu dengan penampang segi lima.

    ReplyDelete
  11. Wisata seperti ini memang harus tetap dilestarikan dan dijaga kelestariannya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar berisi LINK HIDUP akan DIHAPUS.

^^ @Innnayah

Auto Post Signature

Auto Post  Signature